Bedah Data Center PKS, Antisipasi Suara Siluman

Pengalaman hilangnya 300.000 suara PKS di 2009, menjadi pengalaman berharga. Di 2014 tidak boleh terjadi lagi. Karena setiap suara adalah amanah yang perlu dijaga. Untuk itulah PKS membentuk Data Center untuk mengamankan suara pemilu.

Data center tidak saja memuat suara PKS tetapi memuat seluruh suara Parpol yang ada. Surat suara yang tidak sah, yang tidak terpakai dan total kartu suara pun terrecord dengan baik.

Data center ini merupakan hasil perbaikan dari beberapa pilkada yang diikuti oleh PKS. Pilkada DKI Jakarta dan Jawa Barat, PKS sudah menggunakan data center ini. Pilkada yang diikuti menjadi uji coba kecanggihan dan kevalidan Data Center PKS.

Lihat saja dibeberapa Pilkada, PKS berhasil memenangkan gugatan di MK dan mempertahankan hasil Pilkada walau perbedaan suaranya kadang dibawah 1 persen.

Walau perbedaan suara hanya 1-2 persen, kadang PKS tidak melakukan gugatan ke MK karena melihat hasil dari data center PKS. Lihat Pilkada kota Bogor, PKS tidak melakukan gugatan walau hasilnya tipis, karena Data Center PKS memang sudah menunjukan kekalahan.

Data center PKS memadukan beberapa titik control. Pertama SMS dari para saksi di TPS. Kedua, Tabulasi suara di setiap panitia pemilihan di tingkat Desa/Keluarahan, Kabupaten dan Propinsi. Ketiga, Hasil Scan Berita Acara hasil perhitungan suara di setiap panitia pemilihan tingkat Desa/Kelurahan, Kabupaten dan Propinsi.

Ketiga jensi data tersebut dikirim ke pusat data center PKS. Ketiga jenis data ini pun tidak dikirim secara manual, tetapi dengan teknologi informasi.

Untuk memantau keakuratan data yang dikirim, maka sebelum pengiriman ada kader PKS yang melakukan validasi. Tingkat TPS divalidasi oleh koordinator saksi. Tingkat Desa, Kabupaten, Propinsi divaldisasi oleh kader PKS yang bertugas di setiap jenjangnya.

Dengan beragam cross check data dan validasi dari ketiga jensi data ini, diharapkan data yang terhimpun valid dan dapat dipertanggunjawabkan, sehingga tidak terjadi lagi suara PKS yang hilang dan tidak ada lagi suara siluman yang bergentayangan.

Nasrulloh Mu/kompasiana

Tweet