Isi Taujih Anis Matta: Menjadi Otak, Hati, Tulang Punggungnya Indonesia

Taujih Ustadz Anis Matta @ Hotel Bumi Wiyata, Depok, 20 Januari 2014 :

Kita ini kurang dalam hal Referensi Manhajiyah terkait politik.

Dulu, ketika Imam Syahid Hasan Al Banna mengatakan bahwa beliau adalah salah satu serial dari kebangkitan dunia Islam.

Road Map kita : Marwahud Dakwah; yg 6 dan ujungnya adalah Ustadziyatul Alam. Sayang beliau wafat sebelum selesai tahapannya selesai, makanya yang banyak kita baca dari beliau adalah Islahul ... dan Islahul ... Sedangkan 4 Islahul setelahnya ... dll jarang.

Masalah kedua muncul : tidak adanya model di lapangan.

Berkembang secara teritorial keluar, tapi mulai dari nol.

Nahda menang tahun ... di Tunisia. FIS menang tahun ... di Aljazair. Tapi Nahda lalu dibubarkan, FIS stagnan.

Apa yang terjadi dengan Nahda dan FIS, berbeda dengan Partai Keadilan di Indonesia.

Bedanya adalah : mereka seperti Ikan Hiu, saat Arab Spring, akhirnya seperti kembali ke samudera, tempat tinggalnya.
Nah kalau kita ini Ikan Salmon, supaya tumbuh cepat dan kuat maka tempatnya harus di arus yang deras.

Tapi sejarah perjalanan negara kita tentu berbeda. Model-modelnya pun banyak dan berbeda-beda tidak dapat disamakan di semua negara.

Aljazair pertama kali dapat 5 kursi, lalu 72, lalu turun jadi 38. Lalu Muroqqib Amm-nya meninggal, ada.

Ada Sudan. Sudah selalu menang lewat kudeta militer. Tapi apa ada Negara yang mau mencontoh Sudan? Tidak.

Ada juga Turki. Tapi kita pun tidak bisa menyamakan dengan AKP karena AKP lahir 1962.

Sebagai negara muslim besar, Indonesia dinanti-nantikan apakah akan sukses dipimpin oleh Islam.

Pantaslah orang berharap begitu, karena kita adalah Big Brothers dari segi jumlah populasi muslimnya.

Mengapa kita mengalami kekurangan dari segi manhajiyah & pengalaman adalah apa yang kita warisi dari Ulama-Ulama terdahulu adalah fiqih-fiqih siyasi pada saat mereka dalam masa kemapanan.

Dampaknya, buku-buku ini menjelaskan politik pada tujuannya, bukan pada prosesnya. Contohnya : Al Kharoj oleh Abu Yusuf, dll.
Maka sedikit sekali kita temukan tentang impeachment. Dimana akhlaqnya relatif bagus.
Ketika Tar Tar masuk, Nasrani masuk baru buku-buku fiqih yang membahas tentang impeachment baru ada.
Syi'ah juga yang termasuk menjadi akar banyaknya kitab-kitab fiqh tentang impeachment.

Kita ini kembali di zaman nol. Kita memulai lagi membangun peradaban Islam.
Referensi kita yang benar-benar utuh hanya 2 : Shiroh Nabawiyah dan Khulafaur Rasyidin.

Syarat menjadi Pemimpin ada 5, yaitu 3 terkait intelektual (berilmu, mampu berijtihad dan cerdik) dan 2 tentang kepribadian (pembela dan berani).

Dari sini kita bisa ambil : politik itu secara tujuan adalah mulia (mendekatkan orang pada kebenaran dan jauh dari kebatilan artinya menciptakan kondisi strategis untuk orang selalu dekat dengan agama), sedangkan politik pada prosesnya adalah medan pertempuran.

Dakwah Negara punya efek pengganda.
13 tahun pertama Rosul berdakwah di Mekkah, hasilnya 355 orang yang berhijrah.
10 tahun di Madinah, hasilnya sekitar 125ribuan.
Apa yang menyebabkan lompatan itu?
13 tahun pertama adalah dakwah fardhiyyah, sedangkan 10 tahun sisanya adalah DAKWAH NEGARA.

Tapi kalau kita lihat, bahwa hasil ini tadi ada ONGKOSNYA. Total pertempuran 68 selama 10 tahun di Madinah.

Mereka berpikir, kalau perang terus kapan bisnisnya? Lalu turun di tahun ke-4 di Mekkah ayat.. "belum sampaikah padamu untuk mengkhususkan dirimu mendekatkan dirimu pada Rabb-mu?"... Baru berfikir mau rehat saja, belum beraksi sudah ditegur Alloh.

Sebelum kita masuk ke politik, jumlah kader kita 330ribu, tahun selanjutnya setelah ada partai ternyata naik jadi 400ribu. Katanya tarbawi berkurang, tapi kadernya bertambah.

Yang harus kita lakukan : menyadari arah ini sudah sampai mana?

Ketika Rosul sudah sampai Madinah, grafiknya sudah naik.
Alhamdulillah grafik kita terus naik.
Untuk 2014 : apakah PKS tetap dapat kita pertahankan dan naikkan?
Antum yang jawab.
Kita buktikan dimulai dengan Kota Depok ini, apalagi Kota Depok ini adalah DPD dengan Kader terbanyak.

Ada 3 tahap yang menjadi tantangan kita, mirip sebagaimana yang Cak Nur pernah kemukakan tetapi Cak Nur belum buat roadmapnya, yaitu :
� Tahap Integrasi : dakwah ini (apapun namanya) bermetamorfosis kedalam sistem politik nasional yang terbuka. Kita lembagakan ide-ide, misi-misi kita ke negara. Kalau negara sejahtera, ada. Tapi negara sejahtera yang religius, belum. Sudah kita lalui tahapan ini pada 1999 (PK).
� Tahap Mainstream : menjadi kekuatan politik arus utama, jadi bagian dalam The Rulling Party, ada di dalam gerombolan pemimpin. Ini kita alami pada 2004 dan 2009. Kendaraan Gus Dur adalah poros tengah, saat itu kita tidak tahu kalau sulit dapat suara 10%. Akhirnya kita partai Islam berkumpul, dan majukan Gus Dur. Kita lupa kalau partai Islam SELALU ADA di Pemerintahan.
� Tahap Leading : apa yang terjadi pada kita awal tahun 2013 adalah pukulan di kepala dan jantung, pukulan kepada asas Islam dan tagline "bersih". Tapi dapat kita lihat bahwa kita sudah melewati masa turbulensi.

Tugas saya BUKAN menghentikan gelombang, tapi memastikan kapal TIDAK bocor. Air masuk itu biasa, tapi kapal bocor itulah yang BAHAYA.

DPP saat ini punya Bidang baru yaitu : Kepemimpinan Daerah, insyaaAlloh tanggal 29 nanti akan kita kumpulkan di Jakarta.
Ternyata jumlah kita ada 28 kader yang jadi Kepala Daerah.
Ini menunjukkan kalau kita memang selalu rendah diri.

Kalau kita jadi leading, HARUS mengubah mindset bahwa yang kita pimpin adalah SELURUH WNI, the hole nation, bukan hanya umat Muslim saja.

Globalisasi, Demokrasi, dan Demografi Baru : inilah yang membedakan Indonesia lalu dengan Indonesia baru.

DPD, DPW sudah dapat menjalankan fungsi manajerial dengan baik. Sehingga permasalahan DPP PKS saat ini tinggal 2 : berpikir dan komunikasi.

Yang kita alami saat ini adalah "kekosongan narasi".
Yang kita maksud memimpin Indonesia adalah :
1) Kita memimpin wacana-wacana tentang ke-Indonesia-an;
2) Kita menguasai teritori;
3) Kita memobilisasi publik.

Sehingga kita harus dapat menjadi Otaknya Indonesia, Hatinya Indonesia dan Tulang Punggungnya Indonesia.

Ust. Anis Matta, Lc

(dian/depok)

0 Response to "Isi Taujih Anis Matta: Menjadi Otak, Hati, Tulang Punggungnya Indonesia "

Posting Komentar

Tinggalkan Pesan Anda: