Komunikasi Istana Buruk

SBY Terlalu Reaktif, Komunikasi Politik Istana BurukJakarta - Tidak seharusnya seorang presiden seperti Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menanggapi langsung isu-isu fitnah yang memojokkan dirinya. Situasi ini justru menunjukkan komunikasi politik istana kepresidenan tidak berjalan dengan baik.

"Salah satu kelemahan lembaga kepresidenan adalah komunikasi politik," ujar pengamat komunikasi dari Universitas Indonesia (UI), Ade Armando saat dihubungidetikcom, Senin (30/5/2011) malam.


Dalam menanggapi isu-isu yang dinilai kurang 'penting' untuk ditanggapinya, SBY seringkali menanggapi langsung dan bukan mendelegasikannya kepada juru bicara yang ada. Seperti pada saat menanggapi isu SMS fitnah dari pengirim yang mengaku M Nazaruddin, SBY langsung menyampaikan tanggapannya kepada publik secara langsung.

Ade mensinyalir, hal ini karena tidak adanya juru bicara kepresidenan yang berwibawa yang mampu menyampaikan tanggapan ke publik mewakili SBY. Ade melihat, juru bicara kepresidenan saat ini sama sekali tidak muncul saat SBY menghadapi isu SMS fitnah ini.

"Mereka tidak punya juru bicara yang berwibawa. Kalau dulu kan ada, seperti Pak Andi (Malarangeng-red). Sekarang kan tidak ada, juru bicara sama sekali tidak muncul," ucapnya.

Pihak istana dinilai tidak memiliki juru bicara yang tegas dan memiliki kemampuan komunikasi politik yang mumpuni. Pernyataan yang keluar dari istana malah tampak tidak terkoordinasi secara matang. 

Menurut Ade, kondisi seperti ini ditambah dengan keberadaan pihak lain, seperti Ruhut Sitompul, yang ikut berkomentar justru membuat suasana menjadi semakin kacau. 

"Harusnya dipahami presiden itu perlu juru bicara Istana Kepresidenan yang paham dengan komunikasi secara matang dan bisa berkomunikasi dengan publik dan media dengan baik," tutur Ade.

Dia berpendapat, seorang presiden seharusnya hanya berbicara menanggapi masalah yang penting dan krusial saja. "Kalau isu SMS seperti ini, presiden yang harus menjelaskan kan jadi mengurangi wibawa. Kalau hal sederhana seperti ini ditanggapi, nanti akan muncul lagi dan muncul lagi. Orang akan terus menggunakan teknologi untuk menyebarkan isu-isu yang tidak enak didengar," ujarnya.

"Jadi memang kantor komunikasi politik kepresidenan itu tidak jalan," tegas Ade.

Menurut Ade, manajemen komunikasi politik istana kepresidenan harus diperbaiki. Hindari terlalu banyak orang yang ikut berkomentar yang malah menjadikan orang yang merancang komunikasi politik menjadi kerepotan.

Yang jelas, SBY harus memiliki seorang komunikator politik yang berwibawa, yang mampu memberikan saran dan membuat SBY mendengar saran tersebut.

"Istana perlu komunikator politik secara baik. Seseorang yang mempunyai kecakapan komunikasi politik, yang bisa membuat SBY mendengar apa yang dia katakan," tandasnya.

0 Response to "Komunikasi Istana Buruk"

Posting Komentar

Tinggalkan Pesan Anda: