Candi Muara Takus, Kearifan Sejarah yang "Menyendiri" | by: @ewahyudie

PKS Cikarang Timur -  Berkunjung ke Candi Muara Takus di Kabupaten Kampar, Riau, seolah menyeret saya pada sebuah telaah panjang tentang sebuah peradaban yang teramat tua. Setidaknya itulah gambaran dalam benak saya, tempat yang kini sunyi ini, dahulu kala merupakan sebuah pusat peradaban di tepian Sungai Kampar yang menandakan bahwa kehidupan manusia di Riau telah memiliki kemajuan dalam bidang arsitektur.

Dalam beberapa literatur, Candi Muara Takus sendiri merupakan Candi yang digunakan untuk pemujaan para penganut Ajaran Budha. Hal ini dikuatkan dengan bentuk Candi-Candi yang terdapat di dalamnya seperti halnya Candi Mahligai, Candi Sulung, Candi Bungsu, dan Candi Palangka serta gundukan tanah yang kini tertutup rumput dimana diduga sebagai tempat penguburan abu jenazah kala itu.

Beberapa kesan mendalam yang saya dapati dari Candi Muara Takus ini bukan hanya soal sejarahnya yang hingga saat ini belum terpecahkan tentang kapan bangunan ini didirikan. Namun lebih dari itu, proses pembuatan, tata letak, bentuk, hingga batu bata bata yang tersusun menyajikan rasa kagum saya terhadap para pendirinya kala itu.

Susunan batu bata merah pipih yang tidak lazim ditemukan pada candi-candi di Tanah Jawa dengan semburat warna kuning-kemerahan menambah eksotisme Candi satu ini. Belum lagi lekukan-lekukan yang dibuat sedemikian presisi nan halus sehingga tidak memunculkan sudut-sudut tajam tentu dibuat dengan perhitungan yang sangat dalam. Apalagi bila melihat bagian perekat antar batu bata. Tidak ada penampakan semen seperti bangunan kekinian. Yang ada seperti halnya batu bata yang ditumpuk tanpa perantara perekat, namun sejatinya memiliki kerekatan yang teramat bagus.

Namun dibalik eksotisme Candi Muara Takus, sejatinya saya melihat kegetiran yang dalam disana. Peninggalan bersejarah ini tidak begitu ketat diawasi. Coretan hasil tangan-tangan tak bertanggung jawab mulai hadir pada beberapa bagian. Apalagi bila menilik keutuhan Candi, konon disana sebelumnya terdapat patung singa di depan Candi Sulung dan Candi Mahligai yang kini sudah tak ada lagi ditempatnya. Pun dengan Batu Tulis yang dulu kabarnya ada di Candi Bungsu, kini tak lagi dapat ditemukan. Tentu saja, ini menjadi bagian penting yang semestinya tak boleh terpisahkan.

Pada satu sisi lain, keberadaan Candi yang hanya berjarak 130 km dari Kota Pekanbaru ini
sepertinya perlu mendapatkan perhatian lebih. Akses jalan menuju Candi dari arah masuk jalan Lintas Riau-Sumatera Barat (sekitar 20km) sudah mengalami kerusakan disana-sini. Papan-papan petunjuk informasi tentang keberadaan Candi ini juga banyak yang sudah rusak. Belum lagi aspek promosi yang tidak bergaung. Seolah makin membiarkan peninggalan sejarah nan penuh kearifan ini berdiri sendiri.

Terlepas dari itu semua, Candi Muara Takus merupakan sebuah peninggalan luhur sejarah leluhur bangsa ini. Sudah semestinya semua pihak turut menjaga, melestarikan, serta menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan yang tertuang di dalamnya.

Bagi Anda yang ingin mengunjungi Candi nan eksotis ini, area Candi dibuka setiap hari. Untuk memasuki area Candi tidaklah dipungut biaya. Hanya bila Anda berminat saja bisa memasukan beberapa lembar uang ke dalam kotak yang sudah disediakan di pintu masuk area Candi. Tapi untuk urusan transportasi, saya sarankan bagi Anda yang memulai perjalanan dari Pekanbaru untuk membawa kendaraan sendiri, hal ini disebabkan tidak adanya sarana transportasi publik di seputaran area Candi sampai dengan Jalan Lintas Riau-Sumbar yang berjarak sekitar 20km.

Pungkasan, mengunjungi Candi Muara Takus ini bisa menjadi pilihan khususnya bagi para pelajar, mahasiswa, pencinta sejarah, hingga para arkeolog. Namun bagi yang hanya ingin bersantai dengan keluarga, bisa saja. Karena ditempat ini juga disediakan bale-bale bambu di bawah pepohonan rindang untuk sekedar bercengkrama.

Selamat berlibur. Enjoy your trip! :)

Penulis: 
Eko Wahyudi - Follow On Twitter @ewahyudie



Aplikasi Android ::: PKS Cikarang Timur | Klik Download Aplikasi Android

2 Responses to "Candi Muara Takus, Kearifan Sejarah yang "Menyendiri" | by: @ewahyudie"

Tinggalkan Pesan Anda: