Hari ini rasanya adem dan sejuk, bukan hanya udara dan cuaca yang
sangat mendukung, tapi hati ini terasa selalu dihinggapi rasa senang dan
bahagia, meskipun tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, namun saya
tetap mengusahakan diri agar bisa tersenyum walau keadaan serunyam
apapun. Ya, dunia hanyalah permainan dan senda gurau belaka, pelabuhan
terakhir yang harus dipersiapkan dengan baik adalah di akhirat nanti,
sudah sejauh mana bekal kita, sudah siapkah kita kembali ke
pangkuan-Nya? Introspeksi diri, perbanyak amal!
Lalu apa kaitannya dengan tema di atas? Entahlah, tiba-tiba langsung membuka YouTube sebuah lagu islami yang berjudul Kun Jamilan,
yang dibawakan dengan merdu oleh Yahya Hawwa, seorang qari [sebutan
pembaca Qur’an) sekaligus pedendang nasyid terkenal asal Suriah. Lirik
lagu dan latar settingan video ini sangat menyentuh dan dalam sekali,
berceritakan tentang seorang ayah yang senang dengan kehadiran sang buah
hati -seorang bayi laki-laki- di dunia, kemudian sang ayah mendidiknya
dengan giat dan tekun, dari kecil hingga dewasa ia mengajari segala
ilmu kehidupan untuk anak tersayangnya itu. Klimaks kebahagiaannya
terjadi ketika sang anak akan menikah dengan seorang pendamping dambaan
hati, terlihat sang ayah sangat terharu bahagia melihatnya. Sungguh
peristiwa yang sangat indah!
Bagi saya –yang masih lajang- dalam kisah lagu Kun Jamilan ini
menangkap banyak pesan tersirat, di antaranya sang ayah harus mendidik
anak-anak dengan baik sesuai ajaran Islam. Harus diingat, setiap anak
mempunyai hak atas ayahnya, sang ayah harus mengarahkan anaknya dengan
penuh kasih sayang dan memberikan nasihat yang mengandung hikmah, sebab
di dalam Al-Qur’an sudah banyak mengatakan hal demikian. Sangat jelas
bahwa dalam agama sudah selayaknya sang ayah memberikan pengajaran
terbaik kepada anak-anaknya sesuai dengan kata-kata awal dalam surat
An-Nisaa ayat 11. Masih adakah perasaan ragu menyayangi anak-anak? Oh
tentu tidak. Sunnah Rasul-Nya pun telah mengakidkan bahwa: “Barang siapa
yang tidak mau menyayangi orang-orang yang berada di sekeliling, maka
yang di langit pun rasanya enggan untuk menyayanginya”.
Ketika mendapatkan kesempatan bertemu anak-anak kecil yang masih
balita, seharusnya perasaan kasih sayang harus mengalir begitu saja,
seolah mengendus bau harum surga dalam diri mereka. Sebab banyak hadits
yang menerangkan tentang keindahan dan kedamaian memberikan kasih sayang
kepada anak kecil (bayi) –meski derajat haditsnya masih banyak
diperselisihkan ulama hadits-. Sebut saja sebuah hadits fenomenal yang
berbunyi: “Bau bayi (anak kecil) berasal dari bau harumnya surga”. Dan
hadits lainnya yang mengatakan: “Perbanyaklah mencium –memberikan rasa
kasih sayang terhadap- anak-anak kecil (anakmu), karena setiap satu
ciuman akan mendapatkan satu derajat di Surga –yang jika dihitung dengan
jarak di dunia- berjarak 500 tahun lamanya. Subhanallah, jika dua
hadits di atas maknanya ditelaah dengan baik dan seksama maka akan
ditemukan makna yang sangat dalam, sangat disayangkan bila kita
melewatkannya begitu saja.
Mungkin alasan inilah yang menjadikan saya merasa senang bila bertemu
anak kecil, meskipun belum ada ikatan tali persaudaraan sebelumnya,
atau adakah alasan lain? Tak tahu lah. Yang pasti pertemuan dengan
anak-anak kecil (balita) kemarin malam itu saya merasa bahagia, secara
bergiliran berkunjung ke rumah tiga orang yang memang sudah direncanakan
sebelumnya. Dari mulai bersilaturahim ke rumah Ustadz Nur Rohim -salah
satu guru ngaji saya sekaligus Imam Besar Masjid Raya Kota Bekasi-,
bercanda dengan Husein anaknya yang masih kecil, karena sudah akrab
sebelumnya, saya masih ingat ketika dulu menyetor hafalan ke orang
tuanya dengan sergap sang anak –Husein- selalu mengganggu, tak mengapa
itulah seni dalam menghafal -ujian konsentrasi-. Kemudian berkunjung ke
kediaman salah satu senior almamater yang kebetulan mengkhidmatkan diri
di Bank Indonesia sebagai analis bank senior, spesialis review kebijakan
dan standar internasional –departemen perbankan syariah, beliau adalah
Bang Cecep Maskanul Hakim –biasa dipanggil walid oleh anak-anaknya- dan
Ummu Ishmah –sang istri-, mencoba bermain kembali dengan putra bungsunya
yang baru berusia satu tahun lebih, si comel Uways Al-Qarny, dan
terakhir menghadiri undangan aqiqah Afiqah Reiniza Putri anak dari Imron
Rosyadi –aktivis dakwah dan kepanduan, kawan perjuangan sejawat-,
Afiqah terlihat “anteng” di pangkuan omnya, bahkan tidak mau dilepas,
membuat orang di sekeliling tertawa dan tersenyum, lucu sekali.
Jujur, secara pribadi saya sangat gembira bisa bersilaturahim kembali
ke rumah orang-orang hebat yang beda profesi tadi, yang paling
menyenangkan adalah bisa bermain dan bercanda dengan anak-anaknya,
rasanya mempunyai keasyikan tersendiri karena bisa menghilangkan
penatnya aktivitas dunia. Semoga Husen, Uways dan Afiqah tumbuh menjadi
anak yang saleh, cerdas, dan menjadi pelita bagi kedua orang tuanya
serta yang lebih penting lagi adalah mereka bisa lebih sukses dari orang
tuanya. Semoga!
Pelajaran dan hikmah yang bisa dipetik: Wahai (calon) ayah,
sayangilah anak-anak, awasi mereka dan jagalah serta lindungi mereka
dari pergaulan yang kurang baik, didik mereka dengan pengajaran yang
terbaik dan islami. Sebab kasih sayang dan perhatian seorang (calon)
ayah juga sangat mempengaruhi pembentukan karakter anak ke depannya.
Catatan penting lainnya adalah sayangilah anak-anak orang lain yang
bukan anak atau saudara kita – yang belum ada ikatan persaudaraan secara
garis kekeluargaan-, karena siapa yang akan menyangka nantinya dari
ketulusan doa mereka segala persoalan hidup kita yang berbelit akan
terbuka dengan mudah dan lancar. Keajaiban doa anak yang shalih!
0 Response to "Wahai (Calon) Ayah, Sayangilah Anak-Anak "
Posting Komentar
Tinggalkan Pesan Anda: