Membangun Paradigma Membangun Negeri (khutbah ‘Ied 1435H | @aheryawan )

PKS Cikarang Timur - Assalamu’alaikum wr. wb.

Allaahu Akbar Allaahu Akbar Allaahu Akbar.

La Ilaaha Illallaahu Wallaahu Akbar, Allaahu Akbar Walillahil Hamdu



Rasa syukur marilah kita haturkan untuk Sang Penguasa Alam, Allahu Rabbul ‘Alamin, yang senantiasa mengaruniai kita limpahan nikmat dan rahmat, hingga kita semua tidak akan pernah sanggup untuk menghitung. Ungkapan syukur juga dituturkan atas nikmat hidayah, keislaman dan keimanan yang masih dilekatkan pada diri kita semua sehingga masih dapat berkumpul di tempat yang dirahmati Allah SWT. Rasa syukur tak terhingga juga kita tujukan kepada Ilahi Rabbi atas nikmat besar berupa kehadiran tamu mulia di tengah-tengah kita, bulan Ramadhan yang membawa berkah, rahmat dan maghfirah. Mudah-mudahan Ramadhan tahun ini berbuah ampunan Allah SWT dan pembebasan diri dari azab neraka.

Hendaklah kita senantiasa memohon kepada Allah SWT agar Dia melimpahkan setinggi-tingginya penghargaan dan penghormatan kepada pemimpin kita bersama dan teladan kita bersama. Shalawat dan salam untuk manusia mulia, Rasulullah Muhammad SAW, yang telah bersusah payah mendakwahkan Islam hingga seruannya masih dapat bergema di hati kita hingga hari ini. Shalawat dan salam untuk imamul muttaqin (pemimpin orang-orang bertaqwa) dan qaa-idil mujahidin (panglima para mujahid) yang sebenar-benarnya nabiyullah Muhammad SAW beserta para keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Semoga Allah SWT menjadikan kita semua yang hadir di tempat ini, dipandang layak untuk dihimpun bersama mereka dalam kafilah panjang penuh berkah.

Kadang kita tidak menyadari berjalannya waktu, tanpa terasa kita tengah beranjak memasuki bulan Syawal, meninggalkan suatu bulan yang dihiasi oleh banyak hikmah dan taujih Rabbani. Bulan Ramadhan, bulan paling mulia di sisi Allah telah bergegas pergi meninggalkan kita semua. Kita baru saja ditinggalkan suatu bulan yang memberikan kesempatan kepada manusia untuk datang bersimpuh di hadapan Sang Maha Pengampun, mengakui berbagai kekeliruan, bertaubat dan memohon ampunan atas segala dosa. Bulan yang penuh dengan keistimewaan karena melatih kita untuk memahami penderitaan para fakir miskin, mengarahkan kita untuk menahan diri dari nafsu keduniaan, menganjurkan agar saling berbagi kebaikan dan tempat kita kembali pada fitrah. Bulan untuk menyambung kasih dan tali silaturahmi. Kini bulan Ramadhan, sebuah bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam nilainya lebih baik dari seribu bulan, sudah tidak bersama kita lagi. Pagi hari ini disaksikan oleh sinar mentari dan gerak riang dedaunan, kita telah memasuki bulan Syawal dan tengah berpadu untuk merayakan Idul Fitri sebagaimana dicontohkan oleh tuntunan kita Rasulullah Muhammad SAW.

Allaahu Akbar Allaahu Akbar Allaahu Akbar.

La Ilaaha Illallaahu Wallaahu Akbar, Allaahu Akbar Walillahil Hamdu

Indonesia baru saja menyelesaikan sebuah prosesi besar perhelatan politik Pemilihan Anggota Legislatif dan Pemilihan Presiden. Momen lima tahunan tersebut merupakan salah satu dari agenda besar bangsa Indonesia yang menyita perhatian begitu besar energi bangsa ini. Sepatutnya energi yang sama besarnya kita curahkan juga untuk agenda yang lebih utama yaitu melahirkan kesejahteraan dan kemajuan peradaban bagi bangsa Indonesia.

Umat Islam di dunia pada tahun 2010 tercatat 22,4 % atau 1,5 Milyar jiwa lebih. Populasi Indonesia pada tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa lebih dengan 87 % diantaranya atau sebesar 206,7 juta jiwa lebih beragama Islam. Rasio dan jumlah umat Islam di Indonesia berada pada angka yang signifikan, karena merupakan populasi terbesar di dunia. kemajuan umat Islam Indonesia tentu akan menjadi inspirasi bagi kemajuan umat Islam di negara lainnya.

Sebuah upaya besar untuk melahirkan kesejahteraan dan kemajuan peradaban di Indonesia bukanlah sebuah pekerjaan ringan dan mudah. Dibutuhkan sebuah energi besar dengan kesabaran tinggi, untuk terus melakukan pembangunan dan menghasilkan karya besar bagi negeri ini. Energi besar dapat lahir ketika paradigma yang benar dimiliki oleh anak bangsa di Indonesia sehingga cara memandang peradaban manusia dapat seimbang dan menyeluruh.

Menurut risalah Islam, peradaban kehidupan hakiki dimaknai sebagai peradaban ideal yang berkeseimbangan. Perwujudan peradaban ideal tersebut pada hakikatnya merupakan refleksi dari pemahaman yang menyeluruh dan utuh terhadap lima pilar mendasar dalam kehidupan yaitu Ketuhanan, kenabian, manusia, alam semesta, dan waktu.

Ketuhanan merupakan suatu pemahaman mendasar yang melahirkan keyakinan bahwa Allah SWT adalah Tuhan bagi manusia. Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa, hanya dialah tempat manusia bergantung. Dia tidak melahirkan dan tidak dilahirkan. Allah tidak memiliki keserupaan dengan
seluruh mahluk ciptaan-Nya sebagaimana Allah SWT menegaskan dalam firman Nya:

قُلۡهُوَٱللَّهُأَحَدٌ١ ٱللَّهُٱلصَّمَدُ٢ لَمۡيَلِدۡوَلَمۡيُولَدۡ٣

Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. (Q.S. Al Ikhlas : 1-4)

Lebih jauh tentu kita harus menyadari bahwa tidak ada yang bisa menjelaskan dan menyelesaikan kegalauan manusia tentang ketuhanan selain dari Tuhan itu sendiri. Para jamaah sekalian, marilah kita menilik proses yang sangat menarik bagaimana seorang anak manusia melakukan pencarian Tuhan yang pernah dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS:

فَلَمَّاجَنَّعَلَيۡهِٱلَّيۡلُرَءَاكَوۡكَبٗاۖقَالَهَٰذَارَبِّيۖفَلَمَّآأَفَلَقَالَلَآأُحِبُّٱلۡأٓفِلِينَ٧٦فَلَمَّارَءَاٱلۡقَمَرَبَازِغٗاقَالَهَٰذَارَبِّيۖفَلَمَّآأَفَلَقَالَلَئِنلَّمۡيَهۡدِنِيرَبِّيلَأَكُونَنَّمِنَٱلۡقَوۡمِٱلضَّآلِّينَ٧٧

فَلَمَّارَءَاٱلشَّمۡسَبَازِغَةٗقَالَهَٰذَارَبِّيهَٰذَآأَكۡبَرُۖفَلَمَّآأَفَلَتۡقَالَيَٰقَوۡمِإِنِّيبَرِيٓءٞمِّمَّاتُشۡرِكُونَ٧٨إِنِّيوَجَّهۡتُوَجۡهِيَلِلَّذِيفَطَرَٱلسَّمَٰوَٰتِوَٱلۡأَرۡضَحَنِيفٗاۖوَمَآأَنَا۠مِنَٱلۡمُشۡرِكِينَ٧٩

“Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”. (QS: Al-An’am Ayat: 76-79)

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa yang dapat menjelaskan tentang ketuhanan adalah Tuhan itu sendiri.

Pilar kedua yang harus dipahami adalah Rasul, yaitu pemahaman akan hakikat rasul sebagai manusia biasa yang diberikan wahyu oleh Allah SWT sebagai utusan untuk membimbing dan memandu kehidupan manusia agar menjadi terarah menuju jalan yang benar. Jika setiap produk di dunia ini kita mengenal adanya buku manual, maka Rasul merupakan utusan Allah yang diperintahkan menerangkan kepada manusia bagaimana menggunakan manual, agar manusia dapat hidup dengan baik dan terarah.

قُلۡإِنَّمَآأَنَا۠بَشَرٞمِّثۡلُكُمۡيُوحَىٰٓإِلَيَّأَنَّمَآإِلَٰهُكُمۡإِلَٰهٞوَٰحِدٞۖفَمَنكَانَيَرۡجُواْلِقَآءَرَبِّهِۦفَلۡيَعۡمَلۡعَمَلٗاصَٰلِحٗاوَلَايُشۡرِكۡبِعِبَادَةِرَبِّهِۦٓأَحَدَۢا١١٠

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.(QS: Al-Kahfi Ayat: 110)

Pilar selanjutnya adalah Manusia, yaitu pemaknaan hakikat manusia sebagai mahluk paling utama yang diciptakan Allah SWT. Manusia diciptakan dari tanah yang membentuk jasadnya, dan dilengkapi dengan ruh, sehingga hakikat manusia adalah kemanunggalan jasmani dan rohani. Selanjutnya kehadiran manusia adalah sebagai khalifah/ wakil Allah SWT di muka bumi, yang diberikan dua tugas utama, yaitu beribadah menyembah Allah SWT dan mengelola alam semesta dengan sebaik baiknya bagi kesejahteraan seluruh dunia. Allah SWT berfirman dalam QS Al Hijr ayat 28 – 29 :

وَإِذۡقَالَرَبُّكَلِلۡمَلَٰٓئِكَةِإِنِّيخَٰلِقُۢبَشَرٗامِّنصَلۡصَٰلٖمِّنۡحَمَإٖمَّسۡنُونٖ٢٨فَإِذَاسَوَّيۡتُهُۥوَنَفَخۡتُفِيهِمِنرُّوحِيفَقَعُواْلَهُۥسَٰجِدِينَ٢٩

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. (QS: Al-Hijr Ayat: 28-29)

۞وَإِلَىٰثَمُودَأَخَاهُمۡصَٰلِحٗاۚقَالَيَٰقَوۡمِٱعۡبُدُواْٱللَّهَمَالَكُممِّنۡإِلَٰهٍغَيۡرُهُۥۖهُوَأَنشَأَكُممِّنَٱلۡأَرۡضِوَٱسۡتَعۡمَرَكُمۡفِيهَافَٱسۡتَغۡفِرُوهُثُمَّتُوبُوٓاْإِلَيۡهِۚإِنَّرَبِّيقَرِيبٞمُّجِيبٞ٦١

“Wahai kaumku taatlah kalian kepada Allah, karena tidak ada sesuatu sesembahan bagi kalian selain daripada-Nya. Dialah yang telah menciptakan kalian dari tanah dan menyuruh kalian mengusahakan kemakmuran di bumi ini.” (QS. Hud: 61)

Pilar keempat adalah Alam Semesta, yang harus dimaknai sebagai ciptaan dari Allah untuk melayani manusia dalam melaksanakan tugas sebagai khalifah Allah SWT dan beribadah kepada-Nya. Sehingga manusia berkewajiban untuk mengelolanya dengan baik . Allah SWT berfirman :

أَلَمۡتَرَوۡاْأَنَّٱللَّهَسَخَّرَلَكُممَّافِيٱلسَّمَٰوَٰتِوَمَافِيٱلۡأَرۡضِوَأَسۡبَغَعَلَيۡكُمۡنِعَمَهُۥظَٰهِرَةٗوَبَاطِنَةٗۗوَمِنَٱلنَّاسِمَنيُجَٰدِلُفِيٱللَّهِبِغَيۡرِعِلۡمٖوَلَاهُدٗىوَلَاكِتَٰبٖمُّنِيرٖ٢٠

“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan”.(QS: Luqman Ayat: 20)

Selanjutnya Allah juga mengambil besi sebagai salah satu sumber daya alam utama yang sejatinya memiliki begitu banyak manfaat dan selayaknya dipergunakan untuk kemakmuran penduduk bumi dengan tetap berada dalam kerangka ketundukan kepada Allah SWT sebagaimana firmannya:

…وَأَنزَلۡنَاٱلۡحَدِيدَفِيهِبَأۡسٞشَدِيدٞوَمَنَٰفِعُلِلنَّاسِوَلِيَعۡلَمَٱللَّهُمَنيَنصُرُهُۥوَرُسُلَهُۥبِٱلۡغَيۡبِۚإِنَّٱللَّهَقَوِيٌّعَزِيزٞ٢٥

“Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”

(QS: Al-Hadiid Ayat: 25)

Pilar terakhir adalah waktu, yang dimaknai sebagai periode kehidupan yang dianugrahkan Allah SWT kepada manusia. Waktu harus dipahami tidak hanya periode yang dihabiskan oleh manusia di dunia tetapi akan memanjang sampai akhirat. Sehingga hakikat waktu bagi manusia sejatinya meliputi dua dimensi , yaitu dimensi duniawi dan ukhrowi. Selanjutnya hakikat pemaknaan waktu bagi manusia adalah pemanfaatan secara berkualitas pada kedua dimensi tersebut, sejalan dengan firman Allah SWT :

وَٱلۡعَصۡرِ١ إِنَّٱلۡإِنسَٰنَلَفِيخُسۡرٍ٢ إِلَّاٱلَّذِينَءَامَنُواْوَعَمِلُواْٱلصَّٰلِحَٰتِوَتَوَاصَوۡاْبِٱلۡحَقِّوَتَوَاصَوۡاْبِٱلصَّبۡرِ٣

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”(QS: Al-’Ashr Ayat: 1-3)

Allaahu Akbar Allaahu Akbar Allaahu Akbar.

La Ilaaha Illallaahu Wallaahu Akbar, Allaahu Akbar Walillahil Hamdu

Adalah mustahil bahwa tatanan kehidupan yang ideal yaitu terwujudnya kesejahteraan dan kebahagiaan manusia seutuhnya dapat tercapai tanpa diawali dengan pemahaman yang benar terhadap lima pilar seperti yang dijelaskan di atas. Manusia yang terdiri dari jasad dan ruh memiliki korelasi diametral untuk mengelola bumi beserta seluruh kekayaan alam yang ada dalam ruang waktu yang tersedia. Waktu yang ada haruslah dilihat bukan hanya selama hidup di dunia namun juga waktu di akhirat, sehingga tentu manusia akan jauh lebih bijaksana karena yang dikejar tidak hanya kebahagiaan di dunia namun juga kebahagiaan akhirat. Manusia akan menyadari seluruh perbuatannya harus dipertanggung jawabkan juga di akhirat. Dengan keyakinan seperti ini maka Manusia akan mengambil referensi yang akurat, yaitu risalah islam sebagai panduan dalam mengelola alam semesta. Dengan kata lain manusia akan tunduk patuh pada ajaran ilahi, ketika melakukan pembangunan di dunia ini. Pemahaman yang benar terhadap lima pilar tersebut, akan melahirkan konstruksi peradaban kehidupan manusia yang hakiki, yang kita kenal sebagai tatanan masyarakat madani.

Tatanan masyarakat madani pada hakikatnya merupakan hasil interaksi manusia secara berkualitas dengan alam semesta dan waktu, yang dipandu oleh Risalah Agama Islam. Pada prakteknya tatanan kehidupan peradaban madani dibentuk oleh dua pilar, yaitu Ulum dan Funun. Ulum adalah pengetahuan berbasis wahyu keagamaan yang melahirkan nilai nilai moralitas dalam wujud Iman dan Taqwa (IMTAQ) secara berkualitas sebagai pedoman bagi keterarahan hidup. Sementara itu Funun merupakan pengetahuan manusia sebagai hasil interaksi dan pengamatan alam semesta, yang melahirkan nilai-nilai profesionalisme. Selanjutnya nilai-nilai ini akan menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), sebagai sarana kehidupan agar hidup menjadi mudah dan sejahtera.

Allaahu Akbar Allaahu Akbar Allaahu Akbar.

La Ilaaha Illallaahu Wallaahu Akbar, Allaahu Akbar Walillahil Hamdu

Di hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1435 H ini, mudah-mudahan Allah SWT menguatkan kita semua untuk mampu memahami dengan baik paradigma dasar Islam sehingga kita dapat bekerja secara ikhlas dengan penuh kejujuran diiringi pengetahuan yang kita miliki dan kerja keras untuk memajukan Jawa Barat dan Indonesia. Marilah kita bersama menunjukkan tidak hanya kepada seluruh bangsa ini tapi juga kepada dunia bahwa pemahaman kita terhadap Islam yang benar akan mampu melahirkan kesejahteraan dan kemajuan peradaban yang bermakna. Semoga tarbiyah Allah di bulan Ramadhan mampu menghadirkan kejernihan hati kita sehingga kita dapat terus menjaga keistiqomahan kita dalam memadukan IMTAQ dan IPTEK secara berimbang.

Perjalanan tidaklah berakhir di hari raya Idul Fitri. Idul Fitri hanya sebuah momentum dimulainya kebangkitan dari jiwa-jiwa baru. Jiwa-jiwa yang tak kenal lelah memperjuangkan nasib ummat dan bangsanya. Pekerjaan besar telah menunggu kita, membangun peradaban baru berlandaskan manhaj Rabbani. Sebuah peradaban yang membawa keselamatan tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Peradaban yang dapat mengantarkan ummat manusia untuk terhindar dari siksa kubur. Peradaban yang membawa kita dapat dengan mudah melintasi jembatan keadilan shirathal mustaqim. Peradaban yang mampu membawa kita ke kampung abadi, surga yang penuh dengan keberkahan dan kenikmatan.

Mentari 1 Syawal 1435 H di ufuk timur, mudah-mudahan menjadi saksi bahwa hari raya Idul Fitri kali ini menjadi tonggak lahirnya sebuah komitmen bersama untuk membangun dunia yang lebih baik. Kita tidak dapat berjalan sendiri-sendiri. Berjalan bersama-sama segalanya terasa ringan. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan kemulian kepada Indonesia untuk mengawali perubahan menuju peradaban mulia yang berlandaskan pada manhaj Ilahi di mulai dari bumi Jawa Barat.

Semoga Allah memberkahi kita, dan menerima amal ibadah kita, sehingga kita diberi kekuatan untuk membangun masa depan kita yang diliputi rasa aman dan kesejahteraan yang abadi sampai hari kiamat, sampai di surga nan abadi.

Rabbana aatinaa fiddunya hasanah wa fil aakhirati hasanah wa qinaa ‘adzabannaar

Billahitaufiq walhidayah,

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

sumber:  http://aheryawan.com/membangun-paradigma-membangun-negeri-khutbah-ied-1435h/



Aplikasi Android ::: PKS Cikarang Timur | Klik Download Aplikasi Android

0 Response to "Membangun Paradigma Membangun Negeri (khutbah ‘Ied 1435H | @aheryawan ) "

Posting Komentar

Tinggalkan Pesan Anda: