Demokrasi, Rakyat dan KPU Dilecehkan Quick Count

PKS Cikarang Timur - Indonesia dianggap para pengamat politik sedang dalam pendewasaan berpolitik dan berdemokrasi. Namun hal tersebut sangat ironis sekali dengan pemikirian salah satu pengamat politik yang beranggapan bahwa dirinya lebih percaya Quick Count ketimbang Real Count KPU. Hal tersebut jelas membodohi dan melecehkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Rakyat Indonesia.

"Kalau ada perbedaan antara empat yang datang di sini beda dengan apa yang dilansir KPU, saya percaya KPU yang salah. Bukan kita yg slaah, KPU. Pasti ada proses kecurangan dari proses rekapitulasi dari bawah hingga tingkat pusat. Karena penghitungan berjenjang itu berpotensi kecurangan," tegas Burhanudin seperti dilansir pemilu.metrotvnews.com (10/7).

Burhanudin pun mengaku lebih percaya lembaga survei ketimbang KPU. "Kalau anda tanya ke saya, saya lebih percaya apa yang dikerjakan teman-teman (lembaga survei)," tambahnya.

Sebelumnya dikabarkan "Quick Count" CSIS: Jokowi-JK Unggul dengan 52,1 Persen, namun justru dilain pihak JSI mencatat Prabowo-Hatta meraih 50,13 persen dan Jokowi-JK 49,87.

Perlu kita ketahui bahwa Quick Count adalah sample suara hanya 0,0036% dari jumlah pemilih sekitar 181.140.282 suara. Quick Count juga hanya mengambil sample 2.000 TPS dari 545.791 TPS yanga ada di seluruh Indonesia. Bagaimana mungkin hasil Quick Count dijadikan patokan hasil pemilu?

Ungkapan Burhanudin tersebut jelas-jelas menyakiti hati rakyat Indonesia, para relawan dan saksi capres dan para petugas KPU. Karena kinerja para elemen rakyat dan negara yang berkaitan langsung dalam penghitungan real count dari tanggal 9 Juli s.d 22 Juli dianggap tidak kredibel. Sebab Burhanudin seperti ungkapannya lebih percaya lembaga Quick Count yang tidak melibatkan semua pihak.

Sementara itu politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid tidak percaya dengan lembaga survei, karena ini dapat merusak suasana yang kondusif.

"Lembaga survey yang katanya kredibel PDIP menang 30% dalam pileg kalo nyalonin Jokowi nyatanya meleset PDIP 20% saja tidak nyampe, PKS bakal jeblok, nyatanya sampai saat ini masih eksis," ungkap Hidayat kepada TV ONE, Kamis (10/7) malam.

Presiden Yudhoyono pada Rabu (09/07) malam juga memanggil kedua kandidat untuk bertemu di Puri Cikeas. Dan semuak pihak agar menunggu hasil perhitungan resmi  yangakan diumumkan pada 21-22 Juli.

"(Presiden) meminta kubu kedua kandidat untuk menahan diri, agar tidak memobilisasi masa ke jalan dan merayakan kemenangan hingga ada keputusan dari KPU," ungkap Yudhoyono.

Perlu kita ketahui, hasil hitung cepat di Filipina memenangkan Cory Aquino, sementara hasil resmi pemilu justru memenangkan rezim diktator Marcos. Inilah awal gerakan people power yang menggulingkan Marcos. Apakah ini yang akan terjadi di Indonesia?

Oleh karenanya mari kita terus kawal perhitungan suara dari tingkat TPS sampai Nasional. Laporkan jika ada pelanggaran atau kecurangan, agar hasil Real Count KPU benar-benar jujur dan membuktikan siapa yang menang pilpres 2014 ini. [hs/pksciktim]



Aplikasi Android ::: PKS Cikarang Timur | Klik Download Aplikasi Android

0 Response to "Demokrasi, Rakyat dan KPU Dilecehkan Quick Count"

Posting Komentar

Tinggalkan Pesan Anda: