[True Story] Cerita Cinta Humas Keraton Kacirebonan Pada PKS

Saya seorang perempuan yang mencintai seni budaya dan bekerja sebagai Humas Keraton kacirebonan. Entah mengapa, dari awal buka twitter, teman-teman di dumay (dunia maya) sering memanggil saya mas atau kang… padahal saya sudah pakai nama saya sendiri, khas perempuan: “Onya”

Teman-teman di dunia nyata yang berteman di twitter sering manggil saya teh onya atau Bunda ( buat anak-anak remaja). Apa karena foto saya ada lelakinya yaa…(tapi kan ada perempuannya juga!) hehee…atau mungkin bahasa saya yang lugas dan tegas ? kalau karena itu, mohon dimaklum, di Keraton terbiasa membuat acara yang dibutuhkan ketegasan… :))

Baiklah, saya ingin berbagi cerita mengapa saya lama menjadi Golput namun kini memutuskan diri untuk tidak Golput lagi dan memilih PKS.

Dahulu sekali, saat sudah mulai mengenal Pemilu dan heboh akan kasus “teraniaya”nya PDI sebagai wong cilik saya “terbawa” menjadi orang yang menaruh simpati yang teramat sangat pada PDI. Tapi saya termasuk orang yang tidak mudah mengambil keputusan tanpa “pengamatan”.

Sementara berita yang ada bagi saya belum mencukupi untuk membuat saya memilih PDI. Saya belum tahu sepak terjang PDI seperti apa, dan telah berbuat apa PDI untuk bangsa dan negeri ini.

Dan begitu pula dengan pemilu-pemilu berikutnya. Saya belum pernah merekam jejak partai dan tokoh yang pantas saya idolakan. Hingga muncul nama SBY. Di saat banyak orang mengelukan dia. Saya malah bertanya-tanya. Siapa SBY? Mengapa dia mendadak menjadi begitu tenarnya?

Dan sebagai wartawan kampus (saat itu saya malah mendapati betapa hampir seluruh anggota Partai Demokrat itu diduduki oleh kaum non muslim semua) saya terhenyak, namun sebagai rakyat kecil tak dapat berbuat apa-apa, selain menaruh simpati pada Bapak Amien Rais yang saat itu “malah dijatuhkan” meski sudah turut turun ke lapangan “menurunkan” Presiden Soeharto.

Saya mengamati terus, dan saat Bapak Amien Rais tidak terpilih menjadi Presiden dengan banyak “kampanye hitam” tentangnya, saya justru kian percaya bahwa negeri kita ini, Indonesia Raya tercinta, para penguasanya tak akan membiarkan seorang tokoh muslim menjadi seorang pemimpin.

Saat itu saya berfikiran apapun yang kita lakukan dan kita perbuat, tak akan membawa pengaruh apa-apa pada percaturan politik Indonesia. Ada gak ada Pemilu tak akan membawa pengaruh apapun pada kami, rakyat kecil. Saya jadi ilfil, apatis pada Pemilu. Apalagi setelah ada Pemilu berkali-kali dilaksanakan, dengan janji semua caleg sama, memajukan kesejahteraan rakyat Indonesia. Namun mengapa hingga kini, kita belum makmur juga ? #weww banged dech…

Saat itu juga saya pernah mendengar sedikit sepak terjang Partai Keadilan. Namun belum membuka mata hati saya hingga tahun 2013 …. Tahun 2013 saya memasuki dunia baru menjadi anggota di media sosialita twitter. Jika di facebook , saya sudah menjadi seleb fesbuk.. maka twitter adalah dunia baru bagi saya. Meski mendaftar sudah di tahun 2013 tapi saya tidak langsung aktif.

Belum terbiasa. saya baru sebatas mengamati. Lalu lama-lama mulai berkomentar kritis. Dan, “jatuhcinta” pada kegiatan Anti JIL. Apalagi di dunia nyata , saya pun tengah meneliti tentang LGBT dan berkomitmen untuk memerangi LGBT. Keaktifan pada kegiatan teman-teman anti JIL menggiring saya untuk berinteraksi dengan teman-teman anti JIL, yang ternyata rata-rata mereka adalah teman-teman PKS.

Saya pun menyelidiki sepak terjang kaum Liberal yang bagi saya tidak hanya merusak moral anak negeri namun juga sungguh dapat merusak peradaban manusia, karena tingkah mereka yang mendukung perkawinan sesama jenis. Saya berniat untuk: melawan! melawan kesesatan yang juga mereka tebarkan di muka bumi. Dan hasil pengamatan saya yang lain betapa banyak partai lain di luar PKS terdiri dari dari kaum kafir dan munafikun. Apakah saya rela, saya dipimpin oleh mereka??

Ketika Jokowi menjadi Gubernur DKI pun, saya tidak seperti kebanyak orang yang latah ikut-ikut “memuja” Jokowi. saya seperti dejavu, sama seperti saat SBY hendak menjadi Presiden dulu. Siapa SBY? Kini siapa Jokowi? Apa yang telah SBY lakukan sehingga layak menjadi Presiden? dan kini apa yang telah Jokowi lakukan sehingga layak menjadi Presiden? Karena Jokowi pernah menjadi walikota terbaik di Solo?

Dan lantas saya mengubek-ubek internet membuka arsip semua berita koran lokal di Solo tentang Jokowi dan kenyataanya…. Waah…. Apalagi kenyataannya, saya tidak melihat bahkan tidak mendengar hal-hal yang hebat dari kota Solo.

Apakah Solo menjadi begitu tenarnya di Indonesia karena telah berubah menjadi kota yang bersih , makmur dan tiada kemiskinan lagi? Namun ternyata tidak demikian yang saya ketahui. Apalagi adik saya pun tinggal di perbatasan kota Solo dan Jogja. Jadi saya tahu betul, tak ada perubahan yang sangat berarti yang lantas membuat Jokowi layak menjadi Walikota teladan. belum lagi kegiatan istrinya yang menjadi anggota kehormatan sebuah club yang tergabung dalam freemason.

Janji-janjinya saat baru dilantik jadi Gubernur pun sudah saya pahami itu hanya janji politik saja. dalam hati saya berkomentar: ayo kita lihat nanti, Jokowi.

Nah, bersama teman-teman PKS ini saya dapati persamaan misi dan visi. Saya nggak tahu mengapa teman-teman di twitter kebanyakan teman-teman PKS. Bahkan saya pun difollow oleh Fadjroel namun tidak saya follback. Kata Fadjroel, saya kader (PKS) baik ..Kritis namun tetap santun… :)) padahal saya bukan kader.. :)))

Banyak juga petinggi PKS yang sudah follow saya termasuk (ternyata) pak Mahfudz Sidiq juga. Alhamdulillah, saya anggap Allah mencintai saya, sehingga teman-teman di dumay pun dipilihkan olehNya tanpa saya sadari…

Kesamaan misi dan visi itulah yang membuat saya “bulat” memilih PKS. Apalagi melihat seluruh aktifitas teman-teman PKS di dumay. Saya merasa nyaman berteman dengan mereka. Apalagi pertemanan yang baik itu yang membawa manfaat bagi kita semua, dunia akhirat.

Dan semoga harapan saya ini menjadi kenyataan dan para Caleg PKS dapat memegang amanah kami.

Allahumma Aamiin ….

—————

Saat memutuskan #SayaPilihPKS dan diretwit kang Hafidz , langsung banyak sekali mention yang masuk dan membully PKS (juga saya tentunya) . Mereka lupa, semakin banyak dan buruknya mereka mengejek, justru semakin menunjukan pula betapa buruknya etika mereka.

Dan selama kita berpegang dan berjalan sesuai tuntunan Allah bersama kitab suci dan hadist yang ditinggalkan Rasulullah, apalah arti hujatan manusia ? Jika dengan menghujat kami yang berjuang berusaha tetap lurus dalam derasnya cobaan dan godaan, mereka menjadi senang, maka kami tak peduli dipanggil sok suci.

“Kami biarkan mereka (kafir) bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam adzab yang keras ( QS.31 :24)

Dan apakah tindakan mereka itu akan membuat saya memalingkan hati pada mereka ? Saya memilih PKS bukan karena rupiah atau materi yang dijanjikan, tapi berharap bersama PKS dapat membangun negeri , tanpa melupakan / meninggalkan aqidah kita.

Seperti yang kalian (kader -kader) PKS lainnya bilang, PKS mungkin bukan partai yang sempurna tapi bagi saya untuk saat ini, PKS lah yang paling mendekati. karena untuk sempurna, siapakah pemilik kesempurnaan jika bukan Allah Azza wa jalla ?

Pemilu bagi saya, bukan soal menang dan kalah. namun soal mempertahankan keyakinan akan kebenaran. Soal bela negara tanpa meninggalkan aturan Allah yang ada. Saya kian mencintai PKS dan (mulai) mencintai pemimpin – pemimpin kami di PKS . Semoga cinta yang tulus ini diridhoi oleh Allah.

Sesungguhnya orang-orang yang saling mencintai, kamar-kamarnya di surga nanti terlihat seperti bintang yang muncul dari timur atau bintang barat yang berpijar.Lalu ada yang bertanya,“siapa mereka itu?,“mereka itu adalah orang-orang yang mencintai karena Allah ‘Azzawajalla.

(HR. Ahmad)

#YuPKS #MantaPKS #PilihPKS

Seperti yang dikisahkan oleh : Onya1202@yahoo.com | @OnyaAza

….meski malu hati tapi berharap semoga dapat membawa manfaat…..

(khan/pkscikarang)

0 Response to "[True Story] Cerita Cinta Humas Keraton Kacirebonan Pada PKS "

Posting Komentar

Tinggalkan Pesan Anda: