Kisah Syuro Darurat via Whatsapp

Wujud Semangat Kepedulian Kader PKS Ketika Musibah Datang

Pagi itu, senin tiga belas Januari 2014. Hujan masih saya belum berhenti. Air hujan menggenangi jalan di depan rumah. Namun saya memilih berangkat bekerja. Cuti mendadak atau surat sakit pada hari kejepit adalah sesuatu yang kurang meyakinkan

06: 00
Hari masih pagi tetapi grup whatsapp yang saya ikuti sudah dipenuhi dengan pameran foto kondisi banjir di daerah Bekasi Barat dari beberapa anggota grup.

“Bu Dewii.. how are you ?” kata Bu Anida
“I am fine thanks.” Sambut Bu Dewi

Sesaat kemudian muncul Bu Tuti yang mengirimkan foto rumah Bu Dewi yang sudah terendam banjir.

“Itu rumah Bu Dewi.” Kata Bu Tuti
“Ya Allah, kebanjiran kok masih bisa bilang I am fine.” Kata Bu Anida
“Hasbunallah wa ni’mal wakil...” jawab Bu Dewi
“Ni’mal maula wa ni’mannashiir.” Sambung BU Tuti

07:30
Saya sudah sampai ke tempat kerja. Agak telat dari biasanya. Karena jalanan dipenuhi mobil-mobil yang mengungsi. Saya kembali memantau grup Whatsapp.

“Insan Rabbani, Al kautsar, Husnayain, semuanya diliburkan. Saya free nih..” Bu Rofita memecah sepi.

“Udah pada sarapan belum ?” Bu Intan calon anggota dewan membuka percakapan.
“Udaaah bunda.” Sambut Bu Nani
“Pak dedi halo pak dedi... “ Sapa Bu Intan memanggil ketua ranting PKS Jakasampurna.

Pak Dedi muncul, tak mengatakan apapun. Hanya melalui gambar pompa air yang sedang menyedot air banjir dari dalam rumah.

08:00
“Bapak Ibu sekalian, bagaimana kalau kita membuat posko banjir PKS Jakasampurna ? kita bikin nasi bungkus ?” Usul Bu Intan.

“Oke setuju.” Sambut Bu Rofita.
“Tapi kalau saya gak sempat masak, mungkin beli aja ^_^.” Jawab Bu Intan.
“Iya Bunda, cari daerah yang memang genangan airnya cukup parah. Yang diatas 50 cm. Kan dapurnya kerendem dan susah keluar cari makan.” Bu Nia muncul menyampaikan ide.

“Mungkin ada yang punya rezeki berlebih, ayo kita salurkan !” kata Bu Intan.

“Tentukan dulu daerahnya Bu.” Balas Bu Nia

“Griya Jati Sari” Pak Gatot muncul dan langsung memberikan ide.

“Kalau Griya Jati Sari masih bisa dilewati mobil dan rata-rata orang mampu. Efektif gak ya ? Gimana kalau RW 11 saja ?” Kata Bu Anida

“Sip. RW sebelas hampir kena banjir semua. Termasuk rumah Bu Nani.” Balas Pak Gatot.

“Baiklah. Kita koordinasi di toko saya ya. Kumpul disana. Bawa nasi bungkus !” kata Bu Intan.

“Punten Bu, kondisinya belum terlalu parah. Kalau ada daerah lain yang lebih membutuhkan. Monggo dipindah.!” Sambut Ibu Nani. Padahal rumah dia juga kena banjir.

“Pak Dedi, gimana kondisi di daerah antum ?” Kata Bu Intan.

“Jangan ke daerah saya bu. Masih bisa beli nasi.” Jawab Pak Dedi

08:30
Pak Gatot muncul lagi dengan memasang daftar daerah yang terkena banjir di sekitar Kota Bekasi. Ada sekitar enam belas titik banjir di seluruh wilayah Kota Bekasi.

09:00
“Ya sudah kita bergerak ke RW 11 aja. Setuju kawan-kawans ?” Kata Bu Intan. Kebetulan beliau memang yang mendapat tugas sebagai koordinator jika terjadi musibah banjir atau kebakaran.

“Kapan Bu disalurkan ? Hujan makin deras nih.” Pak Gatot muncul lagi.
“Saya siap tenaga. Dari pagi hingga sore. Lagi masuk malam nih kerjanya.” Pak Yunus menanggapi.

“Saya siap 20 bungkus.” Kata Bu Rofita
“Bu Nia beli 40 bungkus ya. Nanti saya ganti dananya.” Kata Bu Anida.
“Bu Intan, Bu Dewi, Bu Ellya, galang dana ke binaan ya. Satu orang 25.000 untuk tiga bungkus.” Kata Bu Anida lagi.

“Saya dah pesen 100 bungkus. Sebungkusnya 7.000. kas kita ada berapa ?” Kata Ibu Nia
“Dari kelompok liqo saya bisa 200.000, uangnya saya kasih ke istri.” Sambut Pak Hamzah.
“Dari mbak Eni istrinya ustadz Budi ada 200.000 juga.” Kata Bu Intan.
“Kelompok saya ada 200.000 juga ya.” Kata Bu Dewi

09:30
“Aha. Udah ada 600.000. Masih kurang 100.000 nih.” Kata Bu Anida.
“Dapet lagi nih 400.000. lumayan ^_^” kata Pak Hamzah.

“Jangan dihabisin hari ini. Banjir masih mungkin berlanjut.” Saran Bu Intan.

“MARI BERGERAK !” Bu Anida memberikan perintah.

“Eh liqo saya bisanya 500.000 deh.”kata Bu Dewi meralat perkataan sebelumnya.

“Sipks”
“Mantapks”
“Cakepks”

“Kumpul di toko saya. Sekarang !” Bu Intan menutup percakapan.

10:30
Lantai whatsapp sepi. Tak ada percakapan. Tak ada kabar berita. Mungkin mereka sudah mulai bergerak membagikan nasi bungkus kepada warga yang membutuhkan.

***

Inilah kisah bagaimana ketika musibah datang, meski dengan Whatsapp para kader PKS sangat sigap membahas apa yang bisa dilakukan untuk meringankan para korban musibah banjir. Mengeluarkan uang dari kantong-kantong mereka sendiri dengan penuh kesadaran dan dilandasi semangat untuk meringankan sesama.[islamedia]


Enjang

Kisah ini saya rekam dari percakapan Grup Whatsapp Kader PKS Bekasi(pksnongsa/pksciktim.org)

0 Response to "Kisah Syuro Darurat via Whatsapp"

Posting Komentar

Tinggalkan Pesan Anda: