Catatan 4: Penampilan Sederhana Irwan Prayitno Membuat Camat Ragu Bahwa Ia Gubernur

[PKS Cikarang Timur] Ketika berkunjung ke Nagari Mapat Tunggul Kabupaten Pasaman terjadi peristiwa lucu. Saat memberi sambutan camat setempat berkata : "Bapak2 tamu kami dari Pemprov Sumatera Barat, selamat datang di daerah kami Mapat Tunggul, yang terhormat Bapak Gubernur atau yang mewakili," tentu saja rombongan dari pemprov langsung memotong. "Bukan mewakili, ini memang Pak Gubernur yang langsung datang, ini beliau,"  protes salah seorang kepala SKPD. Camat tersebut lalu meralat kata-katanya, namun dari ekspresi wajahnya terlihat seakan-akan ia masih tak percaya bahwa yang datang itu adalah Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno langsung. Mungkin karena penampilan Irwan Prayitno yang santai dan tidak telalu protokoler membuat ia masih ragu.  Dalam perjalanan pulang kami masih tertawa-tawa mengingat kejadian lucu itu.
Irwan Prayitno memang selalu tampil sederhana, bahkan atribut gubernur yang biasa dipasang di dada kiri oleh gubernur atau pejabat pada umumnya nyaris tak pernah dipakainya. Saya hanya sekali melihat beliau memakainya, yaitu saat Presiden RI berkunjung ke Sumatera Barat. Itupun karena diingatkan oleh protokol Presiden. Mungkin karena penampilannya yang sederhana dan tanpa atribut itu yang membuat camat Mapat Tunggul ragu, apakah yang berdiri di depannya benar-benar Gubernur Sumatera Barat?

Dulu pernah tiga orang tamu berkunjung ke rumah dinas gubernur. Irwan ditemani teman beliau Suwirman, ngobrol dan bercerita tentang berbagai hal. Setelah cukup lama  bercerita, kebetulan Irwan ada keperluan masuk ke dalam rumah. Saat Irwan berada di dalam, setengah berbisik tamu tadi bertanya kepada Suwirman, "Sudah hampir satu jam kami menunggu, kok Pak Gubernur belum juga keluar," tanyanya sang tamu.
"Lho, yang barusan bercerita dengan kita tadi kan Pak Gubernur," ujar Suwirman. Tamu tadi terkejut dan baru sadar atas kekeliruannya. Dalam fikirannya, gubernur itu adalah sosok yang sangat berwibawa, penuh atribut  dan bahkan cendrung menakutkan. Yang ia temui ternyata adalah Irwan yang bersahaja , santai, dan penuh keakraban.  "Maaf Pak, maaf Pak," ujarnya berkali-kali dan segera minta permisi pulang karena malu.

Irwan juga menolak mengganti kendaraan dinasnya dengan yang baru hingga kini (setelah 3,5 tahun menjabat). "Kendaraan ini masih bagus dan masih bisa dipakai," ujarnya. Menurutnya masih banyak  prioritas lain atau dimanfaatkan untuk kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Ia juga menolak pembangunan rumah dinas baru untuknya, meski sudah tercantum telah dianggarkan tahun sebelumnya. "Pembangunan rumah masyarakat dan fasilitas umum yang rusak akibat gempa, itu lebih penting," ujar Irwan menegaskan.

Pasca gempa hingga kini Gubernur Irwan masih berkantor di rumah. Sebelumnya sudah dibangun kantor yang baru untuk gubernur dan telah siap untuk ditempati. Namun setelah melihat kondisi pegawai pemprov berdesak-desakan berkantor sementara di aula kantor gubernur, Irwan memutuskan tidak jadi menempati kantor yang baru tersebut, sebagai ganti ia menyuruh tiga SKPD menempati kantor baru tersebut, pindah dari aula. Irwan tetap berkantor sementara di rumah dinas. Meski rumah yang ia tempati saat ini sudah banyak yang bocor dan kropos dimakan rayap.

Dalam melakukan perjalan ke luar provinsi, Irwan tak pernah memilih maskapai penerbangan. Apapun jenis pesawat dan maskapai penerbangannya, asalkan jadwalnya cocok dan bisa menghemat waktu, baginya tak masalah. Dan ia selalu memilih dan merasa nyaman duduk di kelas ekonomi.

Tentang penampilannya yang sederhana, tanpa atribut serta minim protokoler itu Irwan mengatakan ia tak ingin ada pembatas antara ia dan masyarakat. "Saya kan juga manusia biasa, kenapa harus ada simbol-simbol yang  membuat jarak antara kita?" ujarnya.

Dalam kehidupan sehari-hari bagi Irwan memang tak mengenal istilah diskriminasi, dari pejabat tinggi, pengusaha kaya sampai sopir dan tukang kebun sekalipun ia perlakukan sama. Pegawai tak merasa seperti hubungan atasan dan bawahan, lebih terasa sebagai teman. Ia dengan mudah akrab dengan siapa saja. Jika makan dalam perjalanan , beliau mengecek satu persatu anggota rombongan yang pergi bersama beliau, baik pengawal, sopir atau siapa saja. Setelah lengkap dan duduk bersama, barulah beliau mulai makan. Irwan juga tak sungkan makan di kaki lima sekalipun.

Dalam kota, beliau menolak menggunakan mobil pengawalan, kecuali dalam keadaan mendesak. Seringkali pemilik acara masih menunggu-nunggu kedatangan gubernur dengan menyimak raungan sirene mobil pengawalan. Ternyata sirine itu tak pernah terdengar, gubernur sudah datang tepat waktu tanpa pengawalan dan malah sudah duduk bersama mereka.

Oleh Yongki Salmeno

0 Response to " Catatan 4: Penampilan Sederhana Irwan Prayitno Membuat Camat Ragu Bahwa Ia Gubernur "

Posting Komentar

Tinggalkan Pesan Anda: