Karena kemarin saya posting tentang harapan akan
Debate Kandidat Calon Bupati dan wakilnya yang cerdas dan peduli di
Metro TV semalam, sekarang saya merasa harus menuliskan sesuatu tentang
pengalaman malam tadi.
Biasanya hanya menyaksikan para kandidat dalam spanduk-spanduk yang
bertebaran di seluruh jagat kabupaten Bekasi, semalam saya akhirnya
melihat sendiri penampakan ke-6 orang calon orang nomor satu dan dua
Kabupaten Bekasi.
Semula, saya deg-degan dengan adanya event ini. Khawatir kalau-kalau
para calon tidak bisa menjawab dengan tegas, lugas, dan mencerminkan
kepeduliannya untuk Bekasi tercinta. Namun, setelah adanya debate, saya
ternyata capek. Capek menggeleng-gelengkan kepala. Entah, apa karena
efek demam panggung karena disorot live di TV atau demam kamera atau
memang begitulah kualitas para pemimpin masa depan ini, para kandidat
terlihat gugup dan mati gaya.
Debate semalam menjadi perbincangan di kantor pagi ini. Seperti sudah
diduga, semua orang merasa miris dengan pengetahuan calon yang kurang
akan wilayahnya sendiri. Kadang-kadang jawaban jauh melenceng dari
pertanyaan yang diajukan tim panelis. Pertanyaan yang masih saya ingat,
misalnya:
- evaluasi apa yang akan dilakukan oleh para bupati dan wakilnya esok, dalam rangka penerimaan CPNS yang sering kali berbau KKN ?
- bagaimana menyikapi suara sumbang akan bansos dan hibah yang terjadi di Kabupaten Bekasi ?
- apakah pemerintah kabupaten bekasi masih akan melanjutkan kebijakan akan bermunculannya kota-kota mandiri di Kabupaten Bekasi ? bagaimana peran pemerintah dalam hal ini ?
- apakah para calon wakil akan tetap mendampingi bupatinya walaupun kelak ditemukan ketidakcocokan ?
Debate dilangsungkan sebagai akhir dari rangkaian kampanye Calon Bupati
dan wakil yang beberapa pekan ini macetnya menghiasi jalan-jalan. Tak
kurang dari munculnya Ungu hingga Ayu Ting-Ting menghiasi rangkaian
kampanye ini.
Dari debate tadi malamlah saya tahu bahwasanya kandidat Neneng adalah
seorang direktur di sebuah perusahaan, sementara wakilnya adalah seorang
mantan sekretaris desa yang merasa pengalamannya inilah yang
membantunya mengenal permasalahan warga. Sementara Saja adalah pasangan
dua doktor. Darip adalah wakil bupati periode terakhir kemarin,
semantara Jejen akan sampai akhir menemani Bupatinya walaupun ditemukan
ketidakcocokan kelak.
Kandidat favorit saya malam tadi adalah : Jamalullail dari kontestan
no.2 kelompok pasangan calon Bupati Sa’dudin dan Jamalullail sebagai
wakilnya. Jawabannya terlihat cerdas dan mengetahui “sesuatu”. Bahkan,
Sa’dudin sendiri terlihat sangat tertolong dengan adanya calon wakil
bupatinya ini.
Anyway, mudah-mudahan perkiraan saya tak separah kenyataan sebenarnya.
Saya harus tetap optimis bahwa para pemimpin esok akan tetap memimpin
dengan keserdasan akal, pikiran, dan nurani. Memperhatikan nasib
masyarakatnya. Mengangkat betul masalah pendidikan yang berakhlak mulia.
Semoga tetap bertanggung jawab mengemban amanah, siapapun yang akan
bersanding.
Ini tulisan saya yang terakhir tentang rangkaian kampanye pemilukada
Bekasi. Mudah-mudahan masih sempat menuliskan laporan hari pemilu,
Minggu 11 Maret 2012 nanti walaupun saya tidak suka politik macam
begini. Saya malah masih berfikiran, bagaimana kalau saya golput saja ?
Sumber:
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/03/08/salahkah-jika-debate-semalam-membuat-saya-ingin-golput/
0 Response to "Salahkah jika Debate Semalam, Membuat Saya ingin Golput ?"
Posting Komentar
Tinggalkan Pesan Anda: