Islamedia
- Ramai sekarang investasi emas, gadai emas, sampai istilah berkebun
emas. Emas kembali menjadi primadona investasi dalam pilihan hedging
meredam inflasi. Seperti kita tau emas merupakan logam mulia yang nilai
nominalnya trus naik karena inflasi, sehingga dapat kita pahami nilai
intrinsik dari emas ini tetap. Harga nya terus naik (long term) karena pelemahan mata uang (inflasi). Wah jelas ini salah satu intrumen yang baik sekali untuk me-hedging harta kita dari rayap inflasi.
Banyak
dari kita menyatukan antara penjaga nilai dan investasi. Padahal ada
karakteristik yang berbeda pada 2 sikap ini. Menjaga nilai, merupakan
bentuk mengconvert aktifa agar tidak habis di telan waktu tanpa harapan
yang berlebihan di masa yang akan datang. Namun invetasi adalah
perencanaan dan perhitungan sedemikian rupa untuk membuat harta saat ini
menjadi lebih bernilai dimasa depan (return oriented).
Menjaga
nilai banyak kita temui pada orang tua kita antara lain dengan
menyimpan emas dan dipakai dikemudian hari, mereka berfikir beli saat
ini mumpung masih mampu, mumpung belum pensiun, untuk tabungan sekolah
anak. Begitu kira-kira. Lalu yang lebih property oriented
membeli tanah, mereka beli tanah, di biarkan begitu saja, dengan
pemikiran nanti harganya naik senidiri, untuk anak saat kawin nanti.
Yahhh kira begitulah pemikiran orang tua kita.
Bagaimana
dengan investasi? Investasi dibedakan karena tujuannya dia lebih
agresif dari sekedar menjaga nilai, investasi sudah pasti mejaga nilai.
diperhitungkan dengan baik, dan diharapkan memberikan keuntungan yang
proporsional seiring dengan resiko yang ditanggung. Baik di sector riil asset ataupun finance asset.
Lalu
sampailah kita pada rumusan masalah dimanakah letak emas sebagi
instrument, penjaga nilai atau investasi? Apakah bisa untu keduanya?
Penulis beropini, ya bisa keduanya, emas merupakan instrument penjaga
nilai dan bagian dari diversivikasi investasi. Untuk investasi emas
haruslah bagian dari diversivikasi. Mengapa? Akan terjawab pada
paragraph selanjutnya (keep reading :p)
Untuk menjaga nilai emas tidak diragukan kemampuan dan tentu sifatnya harus long term atau jangka panjang karena untuk jangka pendek emas harganya berfluktuasi sesuai supply demand dan harga emas dunia. Jadi tidak menarik untuk spekulan jangka pendek yang short term gain oriented. Bagaimana untuk investasi? Emas tidak masalah untuk investasi tapi haruslah bagian dari diversivikasi, seperti kata Markowitz don’t put your eggs into one basket,
investasi apapun sebaiknya di sebar dalam beberapa instrument yang
memiliki karakteristik berbeda. Sehingga dalam kasus ini apabila emas
dijadikan single fighter atau dominan sekali dalam
investasi kita, justru akan menjadi kontra produktif dan menjadikan
harta tidak produktif. Padahal seperti yang kita tahu penimbunan
bukanlah hal yang dibolehkan dalam perekonomian maupun islam.
Kita
tahu emas menjadi mahal bukan karena nilai intrinsiknya naik tapi
karena nilai uang yang turun, contoh: kambing dari zaman dahulu sekitar 1
dinar, sampai sekarang 1 kambing sekitar 1 dinar juga (4,25 gram emas).
Maka penyimpanan emas berlebihan tidaklah memberikan multiplayer efek
bagi kegiatan ekonomi, padahal kegiatan ekonomi lah yang membuat harta
menjadi berputar. Pada emas tidak ada cash flow, hanya spread saat kita beli dan jual. Sehingga apabila kita menjadikan emas the one of investation
tak ubahnya kita menimbun harta, dan menunggu harga tinggi lalu dijual,
tidak ada kegiatan ekonomi yang terjadi, tidak ada maslahat untuk
masyarakat/umat. Hal inilah yang perlu dipikirkan.
Emas is oke-able selama itu bagian dari diversifikasi investasi kita. J
Bimo ali guntoro
Staff Departemen Nasional Riset dan Pengembangan Ekonomi Islam
0 Response to "Emas Sang Primadona"
Posting Komentar
Tinggalkan Pesan Anda: