Aktifis Rohis: Kami Belajar Islam Yang Mencintai Perdamaian

Islamedia - Isu NII dan terorisme telah menyeret Rohanis Islam (Rohis) - organisasi intra sekolah atau kampus - kedalam pembicaraan. Adalah Sydney Jones yang mencuatkan kesan bahwa Rohis tempat bersemainya tunas kekerasan mengatasnamakan agama.

Sedikit banyak, Rohis mengalami imbasnya. Sudah ada kecurigaan orang tua terhadap anaknya yang aktif di Rohis, dan ada pula pihak sekolah dan kampus yang mulai paranoid terhadap aktifitas Rohis.

Islamedia berkesempatan untuk mewawancarai tiga pihak. Yang pertama adalah aktifis Rohis SMA. Yang kedua, seorang aktifis Rohis kampus yang juga membina Rohis SMA. Beliau dulunya adalah mantan aktifis Rohis SMA yang masih aktif membina SMA nya. Dan ketiga adalah seorang alumni Rohis yang pernah merasakan perjuangan menjadi aktifis Rohis SMA dan Rohis kampus. Ketiga narasumber ini kami hadirkan agar pembaca bisa melihat dari dekat bagaimana sosok para aktifis Rohis ini.

*****

Aditya Mirza: Rasa Sayang Saya Pada Orang Sekeliling Saya Bertambah

Namanya Aditya Mirza. Pelajar kelas 3 SMAN 51 Jakarta. Telah selesai mengikuti Ujian Nasional dan sedang menanti takdir yang baik untuk mengantarnya ke Universitas idolanya.

Aktifis Rohis ini pernah menjadi ketua Rohis tahun 2010, dan Ketua Dakwah Dalam Anggota tahun 2009. Aditya tinggal di daerah Halim Perdana Kusuma. Berikut ini perbincangan Islamedia dan Aditya.

Apa motivasi kamu bergabung dengan Rohis sekolah?

Saya bergabung dengan rohis sekolah awalnya atas kesadaran diri sendiri akan rendahnya kualitas iman dan pengetahuan tentang Islam sekaligus mencari jati diri saya yang sebenarnya karena pada saat itu saya sangat bingung harus bagaimana di SMA

Apa yang kamu dapatkan di Rohis?

Yang saya dapatkan di Rohis sangat banyak. Mulai dari Ukhuwah islamiyah, ilmu-ilmu syariah, konsep konsep dasar Islam, bahkan mentoring. Dan juga adanya kegiatan kegiatan yang melatih jiwa kedisiplinan dan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, dan juga Agama.

Adakah perubahan yang kamu rasa setelah bergabung dengan Rohis sekolah?

Tentu saja saya merasakan perubahan yang sangat signifikan. Karena dengan saya bergabung ke Rohis saya menjadi pribadi yang senantiasa berlomba-lomba dalam menyiarkan agama Islam di seluruh lingkungan saya. Selain itu saya juga merasakan adanya kekeluargaan yang sangat erat antar sesama anggota Rohis maupun selain Rohis. Karena kita telah di ajarkan konsep dakwah yang tegas terhadap kedzhaliman dan lemah lembut dalam menyampaikan dakwah. Selain itu secara psikologis saya sekarang lebih bisa menyikapi suatu masalah dengan sabar dan Ikhlas.

Bagaimana kamu melihat orang sekeliling kamu seperti orang tua, kakak/adik, teman, guru, dll, apakah ada perasaan kurang senang pada mereka karena keislaman mereka kamu anggap kurang? Atau kamu makin sayang dan menghargai mereka?

Ketika saya melihat sekeliling saya, awalnya memang saya merasakan hal tersebut. Mungkin karena godaan setan. Namun setelah saya mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang konsep aqidah dan tata krama terhadap orang yang lebih tua di mentoring, saya pun akhirnya meminta maaf kepada orang tua. Namun dalam diri saya tidak ada niat untuk mengatakan dan merasa bahwa saya lebih faham. Tetapi ini semua lebih di dasari atas rasa ingin meluruskan setiap permasalahan yang harusnya salah tapi banyak masyarakat yang menganggapnya benar dan dijadikan suatu kebiasaaan.

Sekarang saya mulai memahami dan tahu bagaimana cara menyikapi perbedaan diantara saya dan orang orang di sekeliling saya. Dan itupun makin menambah rasa sayang saya kepada mereka.

Apakah di Rohis sering disebut kata jihad? Apa yang kamu pahami tentang jihad?

Kata jihad memang beberapa kali saya dengar di Forum Rohis. Setahu saya jihad itu adalah berjuang di jalan Allah, namun tetap memperhatikan keadaaan di zaman sekarang. Menurut saya itu jihad itu bisa di lakukan atas banyak hal, seperti kata Murabbi saya, jihad itu ketika kita melakukan sesuatu yang bermanfaat namun diniat ikhlaskan kepada Allah maka itu pun termasuk jihad. Misalnya ketika saya belajar di sekolah dan saya melakukanya atas dasar perintah Allah, maka saya telah berjihad (mohon di koreksi kalau salah).

Saya rasa masih terlalu berlebihan jika saudara saudara kita akhir-akhir ini banyak yang menempuh aksi-aksi yang tidak bertanggung jawab seperti bom bunuh diri, dll. Menurut saya tidak pas jika kita menanalogikan jihad pada zaman Rasulullah Saw, dengan kondisi Islam sekarang karena kalau dulu kita lebih banyak berperang secara fisik namun sekarang menurut saya kita lebih baik berperang secara pemikiran dan ilmu pengetahuan. Namun tetap di koridor Islam yang benar.

Rencana kamu setelah lulus sekolah, apakah akan tetap bergabung dengan Rohis kampus?

Karena saya baru saja menempuh ujian nasional tentu saja saya akan ikut bergabung dengan Rohis yang ada di kampus. Selain itu saya masih melanjutkan mentoring-mentoring yang telah rutin saya lakukan di sekolah. Namun hanya tempatnya saja yang berubah. Yang tadinya di sekolah, sekarang lebih bebas. Misalnya di rumah murabbi atau di mana saja selama itu masih di atas bumi dan dinaungi oleh langit.


*****

Elsa Maharrani: Sentuhan Dakwah Sekolah Membuat Hidup Saya Lebih Baik

Menempuh pendidikan di Universitas Andalas, Padang, di Fakultas Kedokteran Jurusan Kesehatan Masyarakat, Elsa Maharrani tidak melupakan Rohis SMA nya dulu yang memperkenalkannya pada Islam. Elsa aktif di dua tempat: Di Rohis SMA 3 Padang ia berinisiatif menjadi pembina untuk adik-adik Rohisnya, dan di kampusnya ia pernah diberikan beberapa amanah. Sempat menjadi Bendahara Umum Biro Dawa FSKI FK Unand, Bendahara Umum Al-Kahfi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Staf Pengabdian Masyarakat BEM FK Unand, dan Tim FSLDK Sumatera Bagian Utara.

Cukup padat aktifitasnya. Tapi itu lah pilihan yang ditempuhnya. Dan berikut ini petikan wawancara Islamedia dan Elsa.

Apa yang membuat anda tetap aktif membina Rohis SMA meskipun anda sudah lulus? 

Yang membuat saya masih membina rohis di sekolah, karena saya merasa sekolah adalah masa awal saya mendapatkan hidayah dan mengenal tarbiyah islamiyah. Dan dengan sentuhan-sentuhan dakwah di sekolah lah yang mebawa hidup saya menjadi lebih baik.
Hal ini memunculkan kecintaan saya pada dakwah sekolah yang membuat saya tidak tega untuk meninggalkannya.

Di tambah saat ini sangat sedikit sekali para kader dakwah yang mau bergerak dan berdakwah di sekolah. Bahkan tak jarang ada beberapa sekolah justru luput dari pembinaan dakwah sekolah. Padahal pengaruh dakwah sekolah ini tidak dapat dipandang sebelah mata, karena masa remaja adalah masa pencarian jati diri sehingga lebih mudah untuk di ajak dan di arahkan kepada kebaikan jika dibandingkan dengan mahasiswa yang terkadang telah mempunyai ideologi tersendiri

Keuntungan apa yang anda dapatkan dari hal tersebut?

Kalau berbicara soal keuntungan, mungkin saya hanya berharap ridha dari Allah SWT semata. Walaupun begitu banyak kesulitan tapi masih lebih banyak kemudahan yang Allah SWT berikan. Bahkan banyak kenangan indah yang didapatkan ketika berinteraksi kembali dengan adik-adik di sekolah.

Seperti ketika saya melangsungkan walimah 7 bulan lalu, semua adik-adik yang saya bina di sekolah datang. Padahal ada beberapa yang terlupakan untuk di undang.
Inilah adalah manisnya ukhuwah dan cinta di hati kami yang telah terjalin ketika berinteraksi di mushala sekolah

Selaku pembina Rohis di SMA, apa yang anda ajarkan pada adik kelas?

Yang saya ajarkan hal-hal yang dasar saja, misalnya tentang ibadah, akhlak, yang tentunya sebelum disampaikan saya sudah mengamalkannya terlebih dahulu. Tapi sesungguhnya kebutuhan para adik-adik di sekolah - dan tentunya saya dulu ketika juga mengikuti Rohis di masa-masa sekolah - adalah jalinan hati dan perhatian dari kita-kita yang membina mereka.

Biasanya adik-adik di sekolah pada suka curhat dan minta pendapat tentang masalah yang sedang mereka hadapi. Nah, dari sinilah saya kemudian mencoba untuk menanamkan nilai-nilai islam sedikit demi sedikit

Kegiatan anda di Rohis kampus apakah berpengaruh dengan nilai akademik?

Alhamdulillah sejauh ini saya tidak merasa terganggu. Dulu juga pernah ada kritikan seperti ini dari pihak sekolah agar saya di kampus saja belajar dan kejar IP yang bagus. Kemudian saya menjawabnya cukup dengan senyum simpul saja dan alhamdulillah IP saya di kampus juga terus menanjak.

Masa awal mengenal Islam, ada ghiroh (semangat) yang baru tumbuh. Bagaimana anda mengarahkan ghiroh remaja yang baru mengenal Islam?

Saya biasanya mengarahkannya dengan mengangkat kegiatan-kegiatan bernafaskan islami. Dulu pernah adik-adik di sekolah mengadakan pelatihan motivasi untuk anak sekolah se-Kotamadya, kami bersama mengonsep dan menjalankan agendanya. Subhanallah, semangat mereka tak kalah dengan semangat para mahasiswa. Dalam waktu 2 minggu, dari proposal yang mereka jalankan terkumpul dsaya mencapai 2 juta lebih untuk pelakssayaan kegiatan.

Untuk kegiatan lainnya ada juga, misalnya lomba nasyid, kalau saya dulu ada lomba pidato, cerdas cermat, dan banyak lagi kegiatan lainnya yang tentunya bersifat positif dan pengembangan diri.

Pengamat menyatakan bahwa Rohis di sekolah merupakan pintu masuk paham kekerasan. Pandangan anda?

Ini adalah stetment yang salah. Sudah 6 tahun saya berkecimpung di dakwah sekolah, tidak satu pun hal-hal aneh yang kami lakukan. Kami memang di ajarkan merakit, tapi bukan merakit bom. Tapi yang di rakit adalah ketrampilan yang di ajarkan untuk para wanita seperti merakit bunga, merakit sabun menjadi ukiran indah, dan lain-lain. Justru sebaliknya anak rohis adalah anak-anak yang sangat di percaya oleh para guru di sekolah. Bahkan dulu ketika saya mengikuti rohis kami mendapatkan kepercayaan dari Kepala Sekolah untuk menjaga dan merawat mushala bahkan di beri sekretariat khusus padahal masa itu OSIS saja belum mempunyai sekretariat. Dan banyak fasilitas lainnya yang diberikan sekolah kepada kami yang merupakan sebuah bukti kepercayaan pihak sekolah pada anak-anak rohis.

Dalam Islam ada konsep jihad. Bagaimana pandangan anda terhadap konsep jihad, dan apa yang anda ajarkan pada adik-adik di Rohis tentang jihad?

Untuk hal ini mungkin bisa di tanyakan langsung pada yang lebih faham tentang konsep jihad itu sendiri. Tapi mengenai hal-hal apa saja tentang jihad yang saya ajarkan, bahwa konsep jihad itu sangat luas. Menuntut ilmu kemudian mengamalkannya, bagaimana orang tua mencari nafkah untuk menafkahi keluarganya, ini semua juga merupakan sebuah konsep jihad.

Contohnya bagaimana saat ini teknologi dan ilmu pengetahuan justru di kuasai oleh orang-orang diluar islam. Padahal islam dahulunya telah banyak melahirkan para penemu-penemu, sehingga ketika mereka menuntut ilmu dengan bersungguh-sungguh dan kemudian mengamalkannya sehingga kembali membangkitkan kejayaan islam dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan ini bisa menjadi sebuah kategori jihad.

Kemudian saya mencoba memberikan penekanan pada adik-adik bahwa pengeboman-pengeboman yang terjadi saat ini mengatasnamakan Islam itu bukanlah konsep jihad dan Islam sama sekali tidak pernah mengajarkannya.

*****

Syarif Furqon: Rohis Membantu Saya Menghargai Waktu Muda

Pengusaha peternakan domba dan sapi yang berada di daerah Sawangan, Jawa Barat, ini adalah seorang aktifis Rohis sejak sekolah di MAN hingga kuliah. Gemblengan kehidupan Rohis mengantarkannya menjadi seorang enterpreuner (silakan kunjungi websitenya: http://dkandang.com/). Sempat juga ia bekerja di detik.com.

Saat menjadi aktifis Rohis, Syarif Furqon sempat diamanahi menjadi Sekretaris Umum UKM Fajrul Islam Universitas Gunadarma pada tahun 2006-2007. Saat duduk di bangku MAN 7 Srengseng Sawah, Jakarta, Syarif Furqon diamanahi Departemen Dakwah Rohani Islam.

Berikut ini tanya jawab antara Islamedia dan Syarif Furqon.


Adakah pengaruh dari kegiatan Rohis yang anda ikuti semasa SMA dan Kuliah dengan kehidupan anda sekarang?

Setidaknya bergabungnya saya dalam kegiatan-kegiatan Rohis saat di MAN (setara dengan SMA) membantu saya dalam menghargai waktu muda dan bergabungnya saya di saat kuliah mempengaruhi saya bahwa hidup ini harus lebih produktif tidak hanya sekedar ‘nongkrong-nongkrong’ tetapi bagaimana dalam ‘nongkrong’ tersebut bisa produktif dalam berbuat kebaikan.

Seperti apa ajaran yang anda dapat saat di Rohis dulu?

Pertama, masuknya saya dalam organisasi Rohis bukan karena paksaan. Disanalah saya mendapatkan bagaimana Islam itu Syamil. Islam itu mengatur segala lini kehidupan sehingga tidak terjebak dalam ‘tempurung’ pemahaman yg partial.

Kedua, di Rohis lah saya berkarya. Disinilah rasa ukuwah islamiyah saya dapatkan. Dan disini pula orang tua saya menjadi percaya dengan saya. Karena disini mengajarkan bagaimana kita berakhlakul karimah dari menyapa yang muda hingga yang tua.

Saat di Rohis SMA dan di Rohis kampus dulu, seringkah anda mendengar kata jihad? Seperti apa pandangan anda & aktifis Rohis tentang jihad?

Kata-kata jihad keluar disaat motivasi kita dalam belajar menurun. Jihad bagi kami saat itu adalah bagaimana amanah orang tua membiayai sekolah kami tidak sia-sia. Mendapatkan nilai memuaskan dan membanggakan orangtua.

Menurut saya jihad dalam arti perang / al-qital untuk indonesia tidak lah perlu karena kondisi medan tidak dalam perang. Maka buat saya jihad yang cocok untuk Indonesia adalah memperbanyak produksi kebaikan dalam nilai-nilai islam.

Bagaimana tanggapan anda dengan aksi-aksi kekerasan yang mengatas namakan agama?

Bukan agama yang salah tapi salahnya manusia dalam memahami agama terutama Al-Islam. Islam adalah rahmatan lil ‘alamin.

Sudah menjadi risalah pembawa kebenaran (Al-Islam) akan bertemu masa-masa fitnah. Dan saya beranggapan aksi-aksi kekerasan mengatasnamakan agama itu bukan lah Islam atau organisasi-organisasi yang berlabel Islam tetapi tidak mengajarkan Islam alias organisasi sesat.

Sydney Jones mengaitkan Rohis dengan paham terorisme. Bagaimana tanggapan anda?

Saat saya membaca sebuah tulisan di media mengenai pernyataan Sydney Jones bahwa radikalisme/terorisme muncul dari ROHIS, saya hanya berfikir orang ini tidak mengenal ROHIS secara utuh.

Karena kami belajar Islam yang mengajarkan perbedaan. Karena kami belajar Islam yang mencintai perdamaian. Karena kami belajar Islam yang menghargai pendapat setiap insan. Karena kami belajar Islam yang mengajarkan bagaimana memperbanyak produksi kebaikan. Karena kami belajar Islam yang mengajarkan untuk saling kenal mengenal. Karena kami belajar Islam yang mengajarkan untuk bermanfaat untuk manusia. Inilah lini sosial Al-Islam yang kami dapatkan dari ROHIS.

Anda masih berhubungan dengan teman-teman Rohis anda dulu?

Saya masih berhubungan dengan teman-teman ROHIS sekolah, bahkan saya dan teman-teman ROHIS yang dibantu teman-teman saya yang tidak pernah ROHIS membuat organisasi beasiswa untuk kita berikan kepada adik-adik kita yang berprestasi dan tak mampu di sekolah tempat kita menuntut ilmu dahulu.

Berapa persen dari teman-teman Rohis anda dulu yang tetap konsisten keislamannya? Dan adakah di antara mereka yang terlibat dalam jaringan terorisme atau NII?

Alhamdulillah persentasenya masih tinggi yang tetap konsisten dalam keislaman dan hingga detik ini saya tidak mendengar ada yang terlibat dalam jaringan terorisme atau NII namun yang menjadi korban ada.

0 Response to "Aktifis Rohis: Kami Belajar Islam Yang Mencintai Perdamaian"

Posting Komentar

Tinggalkan Pesan Anda: